Rabu, 12 Desember 2012

Mentilin (Tarsius bancanus) Fauna Identitas Bangka Belitung


  Mamalia yang bernama Mentilin atau Tarsius bancanus telah ditetapkan sebagai fauna maskot provini Bangaka Belitung. Hal ini didasarkan pada keputusan menteri Dalam Negri Nomor : 522.53-958/2010. Hewan yang dalam bahasa inggris bernama Horsfield’s Tarsier atau Western Tarsier ini adalah hewan endemik Indonesia. Yang tersebar di pulau Sulawesi, Kalimantan, Bangka dan Belitung.

Posisi filogenik Tarsius yang hidup sekarang, banyak diperdebatkan pada abad yang lalu. Tarsius diklasifikasikan secara bergantian pada Strepsirrhini pada subordo prosimia atau grup saudara dari simia ( Anthropoidea ) dalam infraordo Haplorrhini. Namun sekarang telah ditetapkan bahwa Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari inrfaordo Tarsiiformes. Dahulu ordo ini memiliki penyebaran yang luas. Namun semua spesies yang bertahan hidup sekarang banyak ditemukan di Asia Tenggara terutama di Indonesia. Catatan fosil Tarsius adalah yang terpanjang kesinambungannya dibandingkan genus primata manapun dan cataan itu menandakan bahwa susunan gigi mereka tidak banyak berubah sejak 45 juta tahun yang terakhir.

Taksonomi tarsius
Untuk lebih singkatnya taksonomi seluruh Spesies Tarsius adalah sebagai berikut.

Taksonomi Tarsius


Kingdom :       Animalia

Filum      :       Chordata
Kelas      :       Mamalia 
Ordo       :       Primata
Upraordo :      Haplorrhini
Infraordo :      Tarsiiformes
Famili      :     Tarsiidae
Genus       :     Tarsius
Spesies     :     Grup T. syrichta (Filipina-Barat)
§ Tarsius Filipina, Tarsius syrichta
§ Tarsius Barat, Tarsius bancanus
Grup T. tarsier (Sulawesi)
§ Tarsius Sulawesi, Tarsius tarsier
§ Tarsius Dian, Tarsius dentatus
§ Tarsius Lariang, Tarsius lariang
§ Tarsius Peleng, Tarsius pelengensis
§ Tarsius Sangihe, Tarsius sangirensis
§ Tarsius Siau, Tarsius tumpara[4]
§ Tarsius Kerdil, Tarsius pumilus

Subspesies :     Tarsius dibagi dalam 4 subspesies yaitu :
§  Tarsius bancanus bancanus
§  Tarsius bancanus borneanus
§  Tarsius bancanus natunensis
§  Tarsius bancanus saltator


Ciri-ciri morfologi Tarsius
Dalam tulisan ini kita tidak akan membahas Tarsius secara umum tapi yang kita bahas adalah Tarsius bacanus bancanus dan Tarsius bacanus salsator yang telah dinobatkan sebagai maskot dan menjadi kebanggaan masyarakat Bangka Belitung. Mentilin atau Horsfield’s Tarsier mempunyai ciri-ciri dan perilaku yang sama seperti jenis-jenis Tarsius lainnya . Tubuh primata ini relatif mungil dengan panjang antara 12-15 cm dan dengan berat tubuh 128 gram pada Tarsius jantan dan 117 gram pada tarsius betina sungguh hewan yang mungil sekali. Bulu tubuh Tarsius sangat lembut mirip beludru . Bulu tubuh hewan mungil inipun bergam tapi identik tidak mencolok. Warna bulunya coklat kemerahan hingga abu-abu kecoklatan dan ada pula yang jingga hingga kekuningan. Keunikan lain dari fauna yang satu ini adalah ekornya yang panjang. Panjang ekor Mentilin ini dapat melebihi panjang dari tubuhnya. Panjang ekornya dapat mencapai 18-22 cm namun data lain menyebutkan bahwa panjang ekor Mentilin adalah berkisar antara 20-25 cm.

Mentilin memiliki mata yang besar sekali tiap bola matanya berdiameter 16 mm dan berukuran sebesar keseluruhan otaknya. Bisa dibayangkan bila kita melihat hewan ini dimalam hari mungkin kita akan ketakutan karna melihat dua buah bola mata yang besar dan bersinar di atas pohon. Kaki belakangnya sangat panjang. Tulang tarsusnya sangat panjang dan dari tulang tarsusunya inilah dia diberi nama Tarsius. Panjang kaki belakang hewan mungil ini hampir dua kali panjang tubuhnya. Jari-jari tangan dan kaki Mentilin ini memanjang, dengan jari ketiga kira-kira sama panjangnya dengan lengan atas. Di banyak ujung jarinya ada kuku namun pada jari kedua dan ketiga dari kaki belakang berupa cakar yang biasa mereka pakai untuk merawat tubuh. Jadi bisa kita katakan bahwa Mentilin ini sangat menjaga bulu-bulu tubuhnya. Terkait dengan makanannya mentilin sangat menyukai lampu karna biasanya serangga-serangga kecil yang menjadi makanan Mentilin menyukai lampu dan berkerumun disekitar lampu.

Tidak seperti Prosimia lainnya, tarsius tidak mempunyai sisir gigi, dan susunan gigi mereka juga unik yaitu :
2.1.3.3
1.1.3.3
    Semua jenis tarsius bersifat nokturnal artinya hewan ini tidur pada siang hari dan aktif pada malam hari, dia biasanya berada pada dahan dan ranting-ranting pohon dengan ketinggian 5 meter, namun seperti organisme nokturnal lain beberapa individu mungkin lebih banyak atau sedikit beraktivitas selama siang hari. Tidak seperti kebanyakan binatang nokturnal lain, Tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya (tapetum lucidum) di matanya. Mereka juga memiliki fovea, suatu hal yang tidak biasa pada binatang nokturnal.
Otak tarsius berbeda dari primata lain dalam hal koneksi kedua mata dan lateral geniculate nucleus, yang merupakan daerah utama di talamus yang menerima informasi visual. Rangkaian lapisan seluler yang menerima informasi dari bagian mata ipsilateral (sisi kepala yang sama) dan contralateral (sisi kepala yang berbeda) di lateral geniculate nucleus membedakan tarsius dari lemur, kukang, dan monyet, yang semuanya sama dalam hal ini.
Tarsius merupakan satwa insektivora berarti dia adalah karnivora, dan menangkap serangga dengan melompat pada serangga itu. Mereka juga diketahui memangsa vertebrata kecil seperti burung, ular, kadal dan kelelawar. Saat melompat dari satu pohon ke pohon lain, tarsius bahkan dapat menangkap burung yang sedang bergerak. Kehamilan pada mamalia ini berlangsung selama enam bulan, kemudian tarsius melahirkan seekor anak. Tarsius muda lahir berbulu dan dengan mata terbuka serta mampu memanjat dalam waktu sehari setelah kelahiran. Mereka mencapai masa dewasa setelah satu tahun. Tarsius dewasa hidup berpasangan dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar.

 

Kondisi Tarsius Sekarang kita bicarakan bagaimana kondisi Mentilin di Indonesia. Terutama keadaanya di pulau Bangka dan Belitung. Menurut IUCN Tarsius bacanus bancanus masuk dalam nominasi hidup dengan resiko rendah (2008). Apalagi perambahan dan penebangan hutan kian marak, bisa dipastikan habitat Tarsius di pulau Bangka dan Belitung semakin sempit dan tentunya akan berdampak pada jumlah hewan endemik ini. Selain itu perusakan hutan terdebut juga  merusak habitat asli dari makanan sehingga  Mentilin kehilangan sumber pangan utamanya yaitu serangga dan burung-burung kecil. Sehingga pada tahun 2011 , secara umum, Mentilin atau Horsfield’s Tarsier dikategorikan dalam status konservasi vulnarable oleh IUCN redlist. Namun jika berdasarkan masing-masing subspesies Tarsius bancanus natunensis dikategorikan Critically Endangered, Mentilin atau Tarsius bancanus bancanus dan Tarsius bancanus saltator dikategorikan sebagai Endangered. Sedangkan Tarsius bancanus borneanus dikategorikan Vulnerable. Sungguh memprihatinkan jika hewan yang di jadikan maskot sebuah Provinsi saja kini menyandang staus endangered. Tentu kita akan berfikir bagaimana dengan kondisi hewan-hewan liar lainnya yang statusnya tidak dijaga oleh hukum atau bahkan belum terdeteksi jumlah dan keberadaanya di Indonesia.


Seperti kasus-kasus lainya pemerintah selalu bertindak lambat seolah-olah tidak tau. Mereka lebih suka memperbaiki kerusakan dari pada mencegahnya. Atas status itulah pemerintah provinsi Bangka Belitung pada tanggal 20 April 2011 kemarin berupaya untuk melestarikan populasi Mentilin. Yaitu dengan melestarikan dan mereboisasi kawasan hutan yang menjadi habitat asli dri Mentilin untuk hidup dan beregenerasi. Kepala badan lingkungan hidup ( BLDH ) Babel Anrullah mengatakan, pihaknya telah menganggrakan 100 juta untuk memebuat sangkar Tarsius bacanus bancanus atau Mentilin di Gunung Tajam Belitung. Pembuatan sangkar ini bukanlah sangkar sangkar seperti pada kebun binatang tapi merupakan sangkar yang menyerupai tempat tinggal Mentilin tersebut Karna mentilin tidak suka dan tidak cocok bila ditempatkan pada tempat yang tertutup. Hewan ini cenderung  akan melukai dirinya sendiri dan kemudian mati hal ini disebabkan karna Mentilin mudah strees. Untuk mengatasi kesulitan ini akan dibentuk sebuah sangakar di Gunung tersebut sehingga menyerupai habitat asli Mentilin.
Sebagai WNI sudah sepatutnya kita berbangga memiliki berbagai macam dan jenis flora dan fauna endemik. Karna selain berpotensi sebagai objek wisata dan lambang negara kita, hal tersebut juga akan meningkatkan rasa ketunggalikaan kita sebagai WNI. Dan rasa bangga itu mari kita tunjukan untuk melestarikan warisan alam Indonesia. Agar anak cucu kita tidak hanya bisa mendengar dongeng tentang kekayaan alam negrinya tapi mereka bisa melihat dan ikut merasakan nikmatnya.







1 komentar: